Minggu, 07 Desember 2014

Inspirasi Filosofi Bt

Mekanisme Kerja  Bacillus thuringiensis (Bt)

    Deskripsi      
   Bacillus thuringiensis(Bt), merupakan famili bakteri yang memproduksi kristal protein di inclusion body-nya pada saat ia bersporulasi. Bioinsektisida Bt merupakan 90-95% dari bioinsektisida yang dikomersialkan untuk dipakai oleh petani di berbagai negara. Dengan kemajuan teknologi, gen insektisida Bt ini telah dapat diisolasi dan diklon sehingga membuka kemungkinan untuk diintroduksikan ke dalam tanaman. Tanaman yang mengekspresikan gen Bt ini dikenal dengan sebutan tanaman transgenik Bt. Tanaman transgenik Bt pertama kali dikomersialkan pada tahun 1995/1996 dan sejak itu luas pertanaman ini meningkat. Bacillus thuringiensis merupakan bakteri gram positif berbentuk batang. Jika nutrien di mana dia hidup sangat kaya, maka bakteri ini hanya tumbuh pada fase vegetatif, namun bila suplai makanannya menurun maka akan membentuk spora dorman yang mengandung satu atau lebih jenis kristal protein. Kristal ini mengandung protein yang disebut  δ-endotoksin, yang bersifat lethal jika dimakan oleh serangga yang peka (James, 2000).

      Mekanisme Kerja Bacillus thuringiensis

Bacillus thuringiensis adalah bakteri aerob yang tersebar di banyak habitat tanah, membentuk spora dan menghasilkan toksin yang dapat membunuh serangga target, yaitu toksin-α, toksin-β, eksotoksin-δ, dan endotoksin-δ. Toksin-toksin tersebut dapat diperoleh dalam bentuk kristal. Toksin Bacillus thuringiensis dikode oleh gen cry  yang ada pada plasmid yang ada di dalam sel bakteri tersebut. Toksin yang dihasilkan oleh Bacillus thuringiensis berupa kristal parasporal yang masih berupa protoksin yang belum aktif. Pada waktu toksin itu dimakan oleh serangga yang rentan, maka protoksin tersebut akan terlarut dalam sistem pencernaan serangga yang bereaksi alkaline dan mengalami pemrosesan oleh enzim protease yang ada di pencernaan serangga. Toksin yang sudah diaktifkan akan menembus matriks peritrophik dan menempel pada suatu reseptor yang sangat spesifik. Toksin tersebut lalu menginduksi pembentukan pori-pori litik pada membran epitel. Pembentukan pori-pori tersebut menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan konsentrasi ion sehingga terjadi lisis sel , pengurangan makan oleh larva dan akhirnya terjadi kematian larva. Sisa- sisa tubuh serangga yang mati tersebut dapat digunakan sebagai substrat untuk pertumbuhan Bacillus thuringiensis  dari sporanya. Bakteri yang tumbuh kemudian membentuk spora lagi dan melepaskannya ke alam/tanah sehingga dapat mengulangi siklus pertumbuhannya (Yuwono, 2012).


DAFTAR PUSTAKA

James, C. 2000. Global Review Of Commercial Transgenic Crops: 2000. ISAAA:             Ithaca, New York.

Alamprabu, Djayawarman. 2013. GMO, Makhluk Perfect Tak Berarti Sempurna .             <http://ditjenbun.pertanian.go.id/>. Diakses tanggal 2 Juni 2014.


Yuwono, Triwibowo. 2012. Bioteknologi Pertanian. Gadjah Mada University Press,         Yogyakarta.

0 komentar:

Posting Komentar